Koneksi Antar Materi - Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

Berlandaskan filosofi Pratap Triloka KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada “Budi Pekerti Budi” (cipta, rasa, karsa) dan “Pekerti” (tenaga/raga) harus seimbang dan holistik. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputusan harus menuju kepada “Kebijaksanaan”. Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus berorientasi kepada murid. Tegasnya, "Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak". 


Dimana tujuan pendidikan menurut KHD adalah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

KHD berpandangan, seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan yang tepat, bijaksana, dan  berpihat pada murid terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya mengarahkan bagaimana murid berkembang sesuai karakter, keunikan serta memaksimalkan segala potensi yang 

Setiap individu termasuk seorang guru, disadari atau tidak, memiliki nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai kebajikan yang sifatnya universal seperti: keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid.


Nilai-nilai positif yang tertanam kuat dalam diri guru penting untuk dipupuk karena keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang  akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tersebut. Dengan nilai-nilai yang dimilikinya seorang guru hendaknya menjadi rujukan atau teladan baik bagi murid maupun seluruh warga sekolah.


Ketika menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan/keberpihakan pada murid.

Dalam dunia pendidikan Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membangkitkan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapi tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. 

Coaching menjadi keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu permasalahan yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Pada konteks pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. 

Dalam hal ini, guru sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh murid dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang paling kecil. 

Guru sebagai pendidik dan pemimimpin pembelajaran sudah sepatutnya meluangkan waktu untuk menjalankan proses coaching demi terciptanya iklim pendidikan yang berpihak pada murid.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas sudah seyogyanya harus bisa mengetahui dan memahami kondisi sosial serta emosional diri dan muridnya. Diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL).

Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37). Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

Seorang pendidik seringkali dihadapkan pada suatu keadaan  harus  mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya lebih berupa bujukan moral.

Diperlukan keterampilan relasi sosial untuk mengambil suatu keputusan yang tepat. Dalam hal ini andai dihadapkan dengan suatu kasus dilema etika, maka saya akan melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berusaha menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, di mana dasar dari keseluruhannya adalah nilai-nilai yang saya miliki.

Nilai-nilai dalam diri seorang guru akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi kebaikan orang banyak. Sebaliknya  jika seorang guru belum memiliki nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Setiap keputusan yang diambil akan ada konsekuensi yang mengikuti, oleh sebab itu perlu berdasar pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak terutama pada murid.

 

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara cermat dan terlebih dahulu menganalisis berbagai aspek dan sudut pandang. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman, positif, dan kondusif karena sebagai pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yang tepat yang dapat berdampak positif bagi banyak pihak yang ada disekolah/lingkungan asal. 

 

Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :

  • Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
  • Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.
  • Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika 
  • Bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.

Seorang guru tentu mengalami dan dihadapkan dengan berbagai permasalahan dari waktu ke waktu serta dituntut mengambil sebuah keputusan yang tepat. Permasalahan dan situasi yang dihadapi perlu dicermati dan dianalisis dengan seksama agar tidak terjebak pada pengambilan suatu keputusan yang salah. Terkait apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Ketika dihadapkan dengan situasi dilema etika adakalanya muncul kesulitan-kesulitan dalam pengambilan keputusan. Hal itu bisa disebabkan karena berbagai faktor, misalnya: masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, masih minimnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki guru dalam menyelesaikan situasi permasalahan yang dihadapi. Juga kekhawatiran apakah keputusan yang diambil sudah tepat dan dapat mengakomodir kepentingan banyak pihak, serta tidak mencederai pihak lainnya. Seperti adanya kecenderungan pendapat individu (kelompok kecil) akan terpatahkan oleh masyarakat (kelompok besar).Serta adanya perbedaan pola pikir dan sudut pandang yang menyebabkan sulitnya menemukan solusi atau kesepakatan yang dapat diterima oleh setiap pihak yang terlibat.

"Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?" (Nadiem Makarim, 2020)

 

Pengambilan keputusan tentu berpengaruh pada pola pengajaran yang guru lakukan terhadap murid. Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran mesti berpihak pada murid. Karenanya keputusan yang diambil sebagai bentuk proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, zaman dan potensi yang dimilikinya.

 

Hendaknya guru memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka berpendapat dan mengekspresikan bakat serta potensi yang dimiliknya. Sehinga murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihan personalnya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.

Pemimpin pembelajaran harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid dalam mengambil keputusan. Dengan keputusan yang tepat maka murid dapat menggali potensi dalam dirinya dan guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar serta menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki, menjadi pijakan sikap hidup demi menyongsong masa depan.

Pembelajaran dan pengalaman yang saya peroleh dari mempelajari modul 3.1 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran adalah bahwa seorang pendidik merupakan pilar utama pendidikan yang berinteraksi langsung dengan murid dan sering dihadapkan dengan situasi serta problematika yang mengharuskan pengambilan keputusan dengan tepat.

Berharap pengambilan keputusan ini bukanlah suatu hal yang gegabah dan terburu-buru, yang tidak mempertimbangkan konsekuensi serta situasi tak terduga lainnya di masa depan, juga mencederai pihak lain. Pengambilan keputusan yang dilakukan harus merupakan rangkaian proses yang dilakukan dengan penuh cermat dan  kehati-hatian dalam menentukan sikap serta langkah tindakan dengan berbagai kemungkinan situasi yang ada.

Adapun modul-modul sebelumnya sangat terkait dengan pembelajaran pada modul ini. Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bertujuan menuntun segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dalam kebahagiaan yang setinggi-tinginya, baik untuk dirinya sendiri, sekolah, maupun masyarakat. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Selain itu, coaching juga menjadi salah satu usaha yang mesti dilakukan seorang pendidik dalam menuntun murid untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Proses coaching ini dilakukan dengan menjalin dan membangun hubungan kolaborasi dengan menggunakan komunikasi asertif serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang menstimulus murid dalam mengeksplorasi potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Coaching tidak hanya dilakukan pada murid, tetapi dapat juga diterapkan untuk membantu rekan guru, atau seluruh warga sekolah untuk menciptakan kondisi yang aman, nyaman dan membangun kebiasaan/budaya positif sekolah.

Akhirnya peranan pengambilan keputusan yang tepat dan efektif oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran sangatlah penting. Keputusan yang selalu berpihak pada murid sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga melahirkan generasi emas Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila.

 

 

Posting Komentar

0 Komentar