Berlandaskan filosofi Pratap Triloka KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada “Budi Pekerti Budi” (cipta, rasa, karsa) dan “Pekerti” (tenaga/raga) harus seimbang dan holistik. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputusan harus menuju kepada “Kebijaksanaan”. Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus berorientasi kepada murid. Tegasnya, "Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak".
Dimana tujuan pendidikan menurut KHD adalah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
KHD berpandangan, seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan yang tepat, bijaksana, dan berpihat pada murid terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya mengarahkan bagaimana murid berkembang sesuai karakter, keunikan serta memaksimalkan segala potensi yang
Setiap individu termasuk seorang guru, disadari atau tidak, memiliki nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai kebajikan yang sifatnya universal seperti: keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid.
Nilai-nilai positif yang tertanam kuat dalam diri guru penting untuk dipupuk karena keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tersebut. Dengan nilai-nilai yang dimilikinya seorang guru hendaknya menjadi rujukan atau teladan baik bagi murid maupun seluruh warga sekolah.
Ketika menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan/keberpihakan pada murid.
Dalam dunia
pendidikan Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak.
Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membangkitkan
metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi
dari permasalahan yang dihadapi tanpa paksaan dan campur tangan orang
lain.
Coaching
menjadi keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu permasalahan yang
sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki
orang lain. Pada konteks pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching
menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam
pembelajaran di sekolah.
Dalam
hal ini, guru sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh murid
dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang
terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu
mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang paling kecil.
Guru sebagai pendidik dan pemimimpin pembelajaran sudah sepatutnya meluangkan waktu untuk menjalankan proses coaching demi terciptanya iklim pendidikan yang berpihak pada murid.
Guru
sebagai pemimpin pembelajaran di kelas sudah seyogyanya harus bisa mengetahui
dan memahami kondisi sosial serta emosional diri dan muridnya. Diperlukan kompetensi
kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran
sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship
skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif
terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan
standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial
(CASEL).
Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37). Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.
Seorang
pendidik seringkali dihadapkan pada suatu keadaan harus mengambil sebuah keputusan sulit.
Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan
dilema etika. Ada kalanya lebih berupa bujukan moral.
Diperlukan
keterampilan relasi sosial untuk mengambil suatu keputusan yang tepat. Dalam
hal ini andai dihadapkan dengan suatu kasus dilema etika, maka saya akan
melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berusaha menggunakan 3
prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah pengujian dan
pengambilan keputusan, di mana dasar dari keseluruhannya adalah nilai-nilai
yang saya miliki.
Nilai-nilai dalam diri seorang guru akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi kebaikan orang banyak. Sebaliknya jika seorang guru belum memiliki nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Setiap keputusan yang diambil akan ada konsekuensi yang
mengikuti, oleh sebab itu perlu berdasar pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai
kebajikan universal dan berpihak terutama pada murid.
Sebuah pengambilan
keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara cermat dan
terlebih dahulu menganalisis berbagai aspek dan sudut pandang. Pengambilan
keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman,
positif, dan kondusif karena sebagai pemimpin pembelajaran mengambil keputusan
yang tepat yang dapat berdampak positif bagi banyak pihak yang ada
disekolah/lingkungan asal.
Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat
dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :
- Mengidentifikasi jenis-jenis
paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
- Memilih dan memahami 3 (tiga)
prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema
pengambilan keputusan.
- Menerapkan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika
- Bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.
Seorang
guru tentu mengalami dan dihadapkan dengan berbagai permasalahan dari waktu ke
waktu serta dituntut mengambil sebuah keputusan yang tepat. Permasalahan dan
situasi yang dihadapi perlu dicermati dan dianalisis dengan seksama agar tidak
terjebak pada pengambilan suatu keputusan yang salah. Terkait apakah termasuk
dilema etika ataukah bujukan moral.
Ketika dihadapkan dengan situasi dilema etika adakalanya muncul kesulitan-kesulitan dalam pengambilan keputusan. Hal itu bisa disebabkan karena berbagai faktor, misalnya: masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, masih minimnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki guru dalam menyelesaikan situasi permasalahan yang dihadapi. Juga kekhawatiran apakah keputusan yang diambil sudah tepat dan dapat mengakomodir kepentingan banyak pihak, serta tidak mencederai pihak lainnya. Seperti adanya kecenderungan pendapat individu (kelompok kecil) akan terpatahkan oleh masyarakat (kelompok besar).Serta adanya perbedaan pola pikir dan sudut pandang yang menyebabkan sulitnya menemukan solusi atau kesepakatan yang dapat diterima oleh setiap pihak yang terlibat.
"Beban dan
amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas
saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan
kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan,
apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Sebelum mengambil
keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan
pembelajaran murid?" (Nadiem Makarim, 2020)
Pengambilan
keputusan tentu berpengaruh pada pola pengajaran yang guru lakukan terhadap
murid. Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran mesti berpihak pada
murid. Karenanya keputusan yang diambil sebagai bentuk proses dalam menuntun
murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, zaman dan
potensi yang dimilikinya.
Hendaknya guru memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka berpendapat dan mengekspresikan bakat serta potensi yang dimiliknya. Sehinga murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihan personalnya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.
Pemimpin pembelajaran harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid dalam mengambil keputusan. Dengan keputusan yang tepat maka murid dapat menggali potensi dalam dirinya dan guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar serta menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki, menjadi pijakan sikap hidup demi menyongsong masa depan.
Pembelajaran
dan pengalaman yang saya peroleh dari mempelajari modul 3.1 terkait Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran adalah bahwa seorang pendidik merupakan
pilar utama pendidikan yang berinteraksi langsung dengan murid dan sering
dihadapkan dengan situasi serta problematika yang mengharuskan pengambilan
keputusan dengan tepat.
Berharap
pengambilan keputusan ini bukanlah suatu hal yang gegabah dan terburu-buru,
yang tidak mempertimbangkan konsekuensi serta situasi tak terduga lainnya di
masa depan, juga mencederai pihak lain. Pengambilan keputusan yang dilakukan harus
merupakan rangkaian proses yang dilakukan dengan penuh cermat dan
kehati-hatian dalam menentukan sikap serta langkah tindakan dengan berbagai
kemungkinan situasi yang ada.
Adapun
modul-modul sebelumnya sangat terkait dengan pembelajaran pada modul ini.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bertujuan
menuntun segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah
keselamatan dalam kebahagiaan yang setinggi-tinginya, baik untuk dirinya
sendiri, sekolah, maupun masyarakat. Dalam melaksanakan proses pembelajaran,
guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu
mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Selain
itu, coaching juga menjadi salah satu usaha yang mesti dilakukan seorang
pendidik dalam menuntun murid untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki
dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Proses coaching ini dilakukan
dengan menjalin dan membangun hubungan kolaborasi dengan menggunakan komunikasi
asertif serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang menstimulus murid
dalam mengeksplorasi potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Coaching tidak hanya dilakukan pada murid, tetapi dapat juga
diterapkan untuk membantu rekan guru, atau seluruh warga sekolah untuk
menciptakan kondisi yang aman, nyaman dan membangun kebiasaan/budaya positif
sekolah.
Akhirnya
peranan pengambilan keputusan yang tepat dan efektif oleh guru sebagai seorang
pemimpin pembelajaran sangatlah penting. Keputusan yang selalu berpihak pada
murid sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga
melahirkan generasi emas Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila.
0 Komentar